IMPLEMENTASI GAYA KOMUNIKASI ASERTIF ORANG TUA - ANAK SELAMA MASA PANDEMI COVID 19
Corresponding Author(s) : Suciati Suciati
Prosiding Seminar Nasional Program Pengabdian Masyarakat,
2021: 3. Kesehatan Keluarga dan Masyarakat
Abstract
Tanggung jawab orang tua terhadap anak dimulai sejak anak dalam kandungan. Orang tua dalam hal ini tidak hanya terbatas pada posisi ibu atau bapak saja, tetapi keduanya. Sebagian besar orang percaya bahwa ibu lebih pandai dalam berkomunikasi dengan anak, karena sejak dalam kandungan, anak sudah memiliki kontak batin dengan ibunya. Namun demikian bukan berarti peran bapak dianggap tidak efektif dalam berkomunikasi dengan anak. Ada suatu budaya yang lebih memposisikan bahwa gaya komunikasi pria lebih baik daripada gaya komunikasi perempuan, demikian juga budaya lain mengatakan sebaliknya. Perbandingan gaya komunikasi antara dua budaya yang berbeda yakni budaya maskulin (pria) dan budaya feminin (wanita), sebenarnya tidak menunjukkan bahwa cara berkomunikasi pria lebih baik daripada cara berkomunikasi wanita atau sebaliknya. Namun perbedaan gaya komunikasi tersebut akan lebih dapat diamati berdasarkan kategorisasi tertentu, seperti perbedaan saat berbicara, pemilihan topik pembicaraan, cara interupsi, penggunaan kata/kalimat tanya, menggunakan cerita dan guyonan, dan kategori-kategori lainnya. Apapun alasannya, cara berkomunikasi dengan anak bisa dilakukan oleh kedua orang tua tanpa harus membebankan pada salah satu.
Apabila anak sudah menginjak usia remaja, komunikasi orang tua pun tidak bisa dihilangkan. Hanya saja, pada usia remaja, anak lebih memiliki otonomi dalam menentukan nasibnya sendiri. Ketergantungan dengan orang tua sedikit demi sedikit semakin berkurang. Pengawasan orang tua juga semakin menurun sehingga intensitas komunikasi selama masa pandemi lebih ekstra daripada pengawasan usia anak. Apalagi jika hal ini dikaitkan dengan penggunaan gadget pada masa pandemi. Data yang diungkap oleh Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) menyatakan bahwa pengguna internet tertinggi ada pada segmen umur usia 15-19 tahun mempunyai penetrasi paling tinggi yaitu mencapai 91%. Bahkan pembangkangan remaja terhadap orang tuanya dibuktikan dalam sebuah penelitian yang menemukan hasil bahwa remaja dengan kepuasan otonomi yang rendah lebih banyak frustrasi dan membangkang, sedangkan anak dengan kepuasan otonomi yang tinggi akan sedikit membangkang dan lebih banyak negosiasi .
Dalam masa pandemi covid 19, berada di dalam rumah selama berbulan-bulan sangat memungkinkan terjadinya kebosanan pada semua anggota keluarga karena rutinitas. Orang tua harus menjadi guru bagi anaknya dalam pembelajaran daring. Sedangkan tidak semua orang tua dan anak siap menghadapi perubahan kebiasaan selama Work From Home / WFH. Tingkat stres pun meningkat. Ketidaksiapan tersebut pada akhirnya melahirkan konflik dengan orang sekitar, terutama anak. Tim abdimas berusaha memberikan solusi dengan menghadirkan gaya orang tua yang asertif. Kegiatan ini telah dilakukan di Juwiring pada hari Minggu, 11 April 2021 yang dihadiri oleh pengurus PKK RT 22. Penyuluhan tentang gaya asertif orang tua-anak dilengkapi dengan film, modul, dan leaflet untuk memudahkan pemahaman. Tanya jawab seputar materi berlangsung hangat dan memuaskan. Pada akhir acara, tim abdimas membentuk komunitas saya anak yang dikoordinasikan melalui grup WA.
Keywords
Download Citation
Endnote/Zotero/Mendeley (RIS)BibTeX